Monday, February 3, 2014

ego seorang pujangga

dan sekalilagi aku dihadapkan pada kenyataan
mengharapi sang kenyataan sesuai keinginan hanyalah sebuah mimpi semu saja
aku kira aku cukup kuat untuk tetap berdiri, melawannya tanpa gentar
aku kira aku tidak akan terluka ketika menyadari kenyataan yang ternyata lebih tajam dari pada belati

terasa sekali, keangkuhan yang selama ini aku buat kini mulai rapuh
tercecer sedikit demi sedikit
hingga akhirnya angan yang selama ini aku genggam menjadi serpihan puing
hingga kenyataan perlahan menyayat

perih
menyadarinya terlambat
egokulah yang meniadakan segalanya

0 comment:

Post a Comment