sekali lagi aku berdiri ditempat yang sama
menatapi parasmu dengan raut memohon agar kepergianku ditunda selama mungkin
kali ini dengan harapan harapan yang berbeda
agar suatu saat, ketika aku kembali ke tempat ini lagi, aku dapat menemui cintaku utuh kembali
dan segalanya yang telah rusak telah pulih kembali
aku melangkahkan kakiku ke peron
melambaikan tanganku dengan senyum lepas yang aku rasa itu menyakitimu
di gerbang perbatasan peron, sekali lagi aku berbalik ke arahmu
dan seperti biasa pula, kau masih berdiri ditempatmu, berharap dapat menahanku
namun nyata hanyalah tersenyum hampa turut melambaikan tangan serta berteriak agar aku berhati hati
stasiun,
tempatku meninggalkan kotamu
meninggalkan angan dan harapan yang tinggalah serpih
meninggalkan cinta lama untuk dikubur dalam dalam
hingga suatu saat nanti bisa kudapati dalam keadaan rapih seperti dulu, kau genggam dalam rengkuhanmu
stasiun,
menyadari aku mulai sendiri, saat itulah kudapati airmata yang menari
menyadari segalanya tidaklah sama, saat itulah perih terasa
aku memejamkan mata
berharap dapat melepas apa yang seharusnya tidak aku miliki
melepas perih dalam tetesan airmata seiring berjalannya kereta malam itu
yang membawaku pulang ke kota dimana seharusnya aku berada
realita
Wednesday, February 12, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment